Marwah dan Selvi memberikan testimoni didampingi oleh petugas UPIPI |
Baru-baru ini kita memperingati Hari Kartini yang jatuh pada tanggal 21 April 2012. Kartini merupakan sosok yang identik dengan perjuangan kaum wanita. Perjuangan itu belum berakhir dan terus akan berlanjut.
Marwah, mungkin salah satu sosok yang bisa kita teladani. Dia mungkin hanya seorang ibu rumah tangga namun perjuangannya untuk dapat bertahan hidup sungguh luar biasa.Â
Pada tahun 2006, enam bulan usai suaminya meninggal dia didiagnosa mengidap HIV.
Awalnya dia terserang infeksi mulut yang tak kunjung sembuh. Akibat infeksi mulut ini dia tidak bisa makan hingga tubuhnya kurus kering dengan berat badan turun jadi 33 kg dan daya tahan tubuhnya hanya 97. Setelah melakukan tes HIV ternyata dirinya positif.
Sungguh dia kaget dan bingung, karena selama ini dia tidak pernah mendekati hal-hal yang memicu tertularnya penyakit HIV. Setelah mengetahui bahwa penyakit tersebut ditularkan melalui suaminya yang telah meninggal dia pun pasrah.
Beruntung dia memiliki anak dan keluarga yang sangat mendukung dirinya dalam melewati masa-masa sulit. Demi anak satu-satunya tersebut pula, dia pun bertahan dan berjuang melawan HIV di dalam tubuhnya.
Perjuangan Marwah akhirnya membuahkan hasil. Daya tahan tubuhnya meningkat menjadi 530 dan berat badannya 60 kg. Dia pun kini bergabung dengan salah satu lembaga yang bergerak di bidang HIV/AIDS untuk membantu pasien HIV/ AIDS, terutama kaum perempuan sepertinya.Â
“Sekarang virus HIV di dalam di tubuhnya (Marwah) hampir tidak terlihat,” imbuh dr. Erwin Astha, Sp.PD, usai bu Marwah menceritakan kisahnya saat peringatan Hari Kartini yang diadakan oleh Dharma Wanita Persatuan RSUD Dr. Soetomo – FK Unair serta IIDI (Ikatan Istri Dokter Indonesia) cabang Surabaya.
Acara yang diselenggarakan di Aula FK Unair pada 25 April 2012 ini mengambil tema “Dengan Semangat Kartini Kita Tingkatkan Kesehatan serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat”. Menurut Ketua Panitia, Ibu Dientje, tema ini sengaja diambil karena melalui perilaku hidup bersih, sehat, dan benar maka penyakit infeksi dapat dicegah.
“Tak hanya perilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku hidup yang benar juga perlu untuk mencegah penularan HIV – AIDS,” tambah dr. Erwin.
HIV bisa diobati
Menurutnya kisah Marwah ini selain menunjukkan kekuatan seorang perempuan juga menghapus stigma di masyarakat yang menyatakan bahwa HIV tidak dapat diobati.
HIV dan AIDS adalah dua hal yang berbeda. HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang artinya virus ini menginfeksi manusia dan akan menyebabkan penurunan kekebalan tubuh.
Sedangkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan sekumpulan gejala penyakit (syndrome) yang muncul akibat menurunnya kekebalan tubuh dalam melawan penyakit, yang disebabkan karena infeksi HIV.
Jadi, HIV merujuk pada virusnya (penyebab) dan AIDS adalah penyakit (akibat) yang dapat timbul akibat infeksi virus HIV.
Bercermin dari kisah Marwah di atas dapat kita simpulkan bahwa dengan terapi pengobatan yang baik, seseorang dapat hidup bertahun-tahun dengan HIV dalam tubuhnya tanpa berkembang menjadi AIDS.
Pencegahan HIV/AIDS
Saat ini kasus AIDS di Jawa Timur menduduki peringkat kedua se-Indonesia dengan jumlah 4508 kasus. Selain jumlah kasus yang terus bertambah, masalah yang dihadapi sekarang ini adalah masih kurangnya kesadaran masyarakat, terutama yang rentan tertular HIV/AIDS, untuk melakukan tes HIV.
“Selama ini pasien yang datang sudah menjadi pasien HIV/AIDS stadium 3-4,” ujar dr. Erwin.
Sebab itu untuk mencegah bertambahnya jumlah kasus HIV/AIDS perlu diadakan deteksi dini sesuai dengan program nasional yang sudah mulai bergeser dari VCT ke PITC.   Â
Saat menggunakan program VCT (Voluntary Counselling and Testing) dimana dokter atau konselor menunggu pasien sadar untuk mau periksa. Cara ini dianggap lambat dan kurang efisien.
Sedangkan pada program PITC (Provider Initiated Testing and Counselling) tim medis yang akan terjun langsung dan aktif menawarkan pemeriksaan dan perawatan HIV/ AIDS kepada orang yang rentan tertular HIV/ AIDS dan sasaran wajib tes HIV.
Sasaran wajib tes HIV yang dimaksudkan adalah :
1.Pasien IMS (Infeksi Menular Seksual)
2.Pasien TB (Tuberkulosis)
3.Pasien Metadon
4.Ibu Hamil
Melalui deteksi dini ini diharapkan para pasien HIV dapat segera ditemukan saat masih stadium awal. Dengan begitu mereka dapat segera diobati sehingga kemungkinan mereka untuk hidup layaknya orang normal lebih besar dan yang terpenting tidak menularkan virus kepada orang lain melalui perilaku hidup benar.
Agar program PITC ini dapat berjalan dengan baik maka dibutuhkan tim medis yang handal. Tim medis ini terdiri dari perawat, dokter, hingga dokter gigi. Sebab itu untuk meningkatkan kemampuan tim medis diperlukan pelatihan-pelatihan seperti workshop yang akan diadakan oleh Instalasi/ SMF Kesehatan Gigi dan Mulut dan UPIPI (Unit Perawatan Intermediet Penyakit Infeksi) RSUD Dr. Soetomo.
“Tujuan utama workshop ini agar dokter mengerti tatalaksana menemukan kasus,” jelas dr. Erwin yang juga Kepala UPIPI saat konferensi pers (12 April 2012).
Workshop yang bertema “Peran Dokter Gigi pada Deteksi Dini HIV/ AIDS sebagai Upaya menurunkan Stigma & Diskriminasi menuju Patient and Doctor Safety” ini akan diadakan dalam dua angkatan yakni pada tanggal 24-25 Mei 2012 dan 18-19 Oktober 2012. (kyn)
Keterangan foto :
Marwah dan Selvi memberikan testimoni didampingi oleh petugas UPIPI
sumber : http://rsudrsoetomo.jatimprov.go.id/id/index.php/berita/artikel/606-jangan-takut-hiv-aids-dapat-dikendalikan-dan-diobati