Liputan6.com, Jakarta Jika dulu, profesi yang rentan
menderita The Human Immunodeficiency Virus (HIV) cenderung berasal dari
para pria di kalangan ekonomi rendah. Saat ini, virus yang melemahkan
sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan Acquired Immune Deficiency
Syndrome (AIDS) justru tengah menghantui pria yang memiliki banyak uang.
"Kami menyebutnya 3 M alias Mobile Man with Money. Mereka inilah pria yang berisiko terkena HIV karena mobilisasinya tinggi. Seperti ketika dia punya pekerjaan yang jauh dari istri dan tidak punya pemahaman tentang bahaya seks dengan wanita lain. Bukan cuma supir truk, sekarang HIV menyerang pria yang memiliki posisi lebih tinggi seperti pilot, nahkoda, manajer, Direktur perusahaan," kata Executive Director Indonesian Business Coalition on AIDS (IBCA) Ramdani Sirait pada Liputan6.com di bilangan Kuningan, Jakarta, Kamis (29/1/2015).
Kekhawatiran inilah, kata Dani, yang menyebabkan sejumlah masalah pada dunia bisnis. Dia menyontohkan, ketika HIV ini tidak diedukasi di perusahaan maka biaya yang dikeluarkan untuk kesehatan pegawai akan jauh lebih tinggi.
"Pada tingkat bisnis, dengan adanya kasus HIV/AIDS akan meningkatkan biaya asuransi dan tunjangan kesehatan, jiwa, biaya rekruitmen dan training karena pergantian pekerja yang tinggi. Selain itu, HIV/AIDS juga berdampak pada produktivitas seperti ketidakhadiran akibat kesakitan, merawat keluarga, kehilangan karyawan yang berpotensi dan juga menciptakan lingkungan kerja yang negatif akibat stigma dan diskriminasi," jelas Dani.
Dani menerangkan bagaimana pentingnya edukasi HIV/AIDS mempengaruhi suatu kebijakan dalam dalam perusahaan.
"Program edukasi HIV di perusahaan akan membuat para direksi atau pimpinan perusahaan termasuk pegawainya berkomitmen untuk mengetahui bagiman cara berkomunikasi dan mengampanyekan ini. Karena HIV/AIDS bukan penyakit yang menakutkan lagi. Ini penyakit yang bisa dicegah dan ada obatnya. Jadi penting untuk mengetahui bagimana mencegah HIV tidak menularkan ke orang lain dan menular melalui apa saja, sehingga tidak ada stigma di perusahaan. Dan tidak merusak suasana kerja," jelasnya.
Saat ini Indonesian Business Coalition on AIDS (IBCA) sendiri telah membuat program untuk HIV/AIDS di 22 perusahaan. Dengan Program Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja sebagai bagian dari program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
source & written by: Fitri Syarifah - Liputan6