Sembuh dari HIV/AIDS, Unik Pun Menikah Lagi

Waktu seolah berhenti tatkala dokter menjatuhkan vonis Unik Sulistyowati (35), seorang ibu rumah tangga di Semarang, positif mengidap HIV/AIDS. Belum tuntas kesedihannya ditinggal mati suami, hingga ia seorang diri menanggung hidup bersama putri semata wayangnya, kabar mengejutkan itu datang. Penyakit yang mematikan dan memalukan bagi kebanyakan orang itu ternyata telah bersarang di tubuhnya.

Kematian seolah sudah di depan mata. "Saya dinyatakan positif tahun 2012, mendengar berita itu langsung down. Bagimana nasib anak saya nanti? Suami sudah meninggal, sementara kondisi saya seperti ini. Saya takut teman-teman akan menjauhi saya. Ya Allah dosa apa yang telah kami perbuat?" ungkap Unik, di sela-sela kegiatan Workshop Jurnalisme Empati oleh Komisi Penaggulangan Aids (KPA) Kabupaten Semarang di Ungaran, Senin (24/8/2014) malam.

Semenjak dinyatakan mengidap HIV/AIDS, hari-hari yang dilalui Unik terasa menyakitkan. Ia tak mampu berpikir lagi, semangat hidupnya sudah pudar. Sedangkan tubuhnya semakin rapuh. Orang mulai bertanya-tanya, apa sakit yang dideritanya, sehingga batuknya tidak kunjung sembuh. Sedangkan badannya tinggal kulit dan tulang saja.

Terbayang di kepala Unik tentang kematian dan pertanyaan besar tentang apa yang telah diperbuat suaminya dulu. "Saya disarankan oleh teman-teman untuk tes HIV setelah saya cerita dulu suami terkena TB paru sampai tiga tahun sebelum meninggal. Setiap saya ditanya oleh orang-orang sakit apa, saya bilang bronkitis. Rupanya suami saya meninggal karena AIDS dan menular ke saya. Saya sempat akan memutuskan berhenti mengajar saat itu," ujar Unik yang berprofesi sebagai guru honorer di SDN 01 Sambirejo Semarang.

Namun atas dorongan keluarga dan rekan seprofesinya yang tak henti-hentinya, akhirnya Unik menuruti untuk memeriksakan kesehatannya. Ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa umur di tangan Tuhan, dan setiap penyakit pasti ada obatnya.

Salah satu yang menjadikannya kembali bersemangat adalah putri semata wayangnya, Eka Yulia Silviani (10). Ia bersyukur putrinya dinyatakan negatif HIV. "Alhamdulillah teman-teman tetap merangkul saya. Mereka malah membantu saya opname di rumah sakit. Berkat dukungan dari keluarga dan teman-teman, saya berhasil melewati masa kritis pada tahun 2013 lalu. Saat itu kondisi saya stadium tiga, sudah ada anemi dan saya harus menjalani transfusi darah. Rasanya antara hidup dan mati, tidak mungkin bisa sembuh," ujar Unik.

Setelah berhasil melewati masa kritis, Unik secara teratur mengikuti kegiatan sosialisasi HIV/AIDS yang dilakukan oleh KPA Kota Searang. Perlahan namun pasti, Unik mulai menapaki kehidupan barunya. Ia bersyukur keluarga maupun rekan seprofesinya di SDN 01 Sambirejo selalu mendukungnya, sehingga ia merasa tidak dikucilkan.

"Saya kembali mengajar setelah enam bulan dinyatakan sehat. Saya mengangap semua ini adalah ujian yang harus saya hadapi. Saya yakin Tuhan itu maha adil, selalu ada kebahagian untuk saya," kata Unik.

Kini Unik menjalani hidup barunya bersama suami keduanya, Ahmadi (40). Unik tidak mengira masih ada lelaki yang sudi mempersuntingnya menjadi seorang isteri, meskipun tahu kondisinya sebagai pengidap AIDS.

Ia dipersunting oleh pria asal Mranggen Demak ini pada akhir 2013 lalu. "Saya sudah bersyukur masih diberikan umur panjang dan kesehatan. Tidak mengira, masih ada lelaki yang tulus mencintai saya dan menerima saya apa adanya. Dia hanya tersenyum ketika saya mengungkapkan bahwa saya menderita penyakit yang tidak bisa disembuhkan," ungkap Unik.

Ahmadi bagai sosok malaikat bagi Unik. Kehadirannya sebagai suaminya, seolah ingin membantah anggapan bahwa ODHA (orang dengan HIV/AIDS) tidak bisa hidup normal. Ahmadi mengaku menikahi Unik karena tulus mencintainya. Cinta yang diakuinya berawal dari rasa kasihan melihat seorang perempuan baik-baik yang menangung penderitaan akibat perbuatan suami pertamanya.

"Awalnya saya hanya berniat membantunya supaya bisa kembali tegar. Tapi kemudian timbul rasa cinta. Saya yakin semua penyakit pasti ada obatnya, saya yakin dia bisa sembuh asalkan terus berusaha dan berdoa," tutur Ahmadi yang juga seorang terapis pengobatan tradisional itu.

Divisi program KPA Kabupaten Semarang, Taufik, mengatakan, bahwa orang yang telah terinveksi HIV tetap boleh berkeluarga dan memiliki keturunan dengan aman. Risiko penularan kepada pasangan melalui hubungan seksual dapat dicegah dengan penggunan kondom dan secara rutin penderita melakukan pengobatan antirotrival (ARV).

"Calon orangtua dapat menekan risiko penularan pada anak dengan mengetahui status HIV sejak dini. Melalui program pencegahan penuaran HIV dari ibu ke anak (PPIA/PMTCT), penularan dari ibu ke anak saat kehamilan, melahirkan dan menyusui dapat ditekan samai nol persen. Dan jangan lupa selalu rutin berkonsultasi dengan dokter yang merawat," kata Taufiq.
Penulis : Kontributor Ungaran, Syahrul Munir
Editor : Glori K. Wadrianto

UNGARAN, KOMPAS.com 

Untuk konsultasi tentang menyembuhkan HIV/AIDS
dengan madu herbal pamungkas MHP815,
silakan hubungi LANGSUNG :
Sidik Rizal
simPATI 081280376532 atau
wa.me/+6281283745354
twitter @dikrizal2
instagram @dik_rizal
website http://klinik-herbalis.blogspot.co.id

Post a Comment

Silakan Anda tuliskan pesan untuk mengetahui lebih lanjut tentang informasi di dalam blogs ini dengan mencantumkan e-mail, no telp, no HP atau akun Facebook dan Twitter Anda. Kontak kami di wa.me/+6281283745364 atau Call & SMS ke 0812.8037.6532

Lebih baru Lebih lama